- Maman Suherman saat memberikan materi
Penulis
buku dan Notulen Indonesia Lawak Klub (ILK), Maman Suherman menuturkan, United Nation Education,
Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pernah mengungkapkan minat baca
masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya dari 1000 orang, hanya satu
yang rajin membaca. Sementara, Indonesia masuk lima besar pengguna twitter
paling cerewet, dimana tahun 2016 dihasilkan 4,1 miliar tweet.
“Biasanya
orang Indonesia buka buku karena mau ujian tengah semester, ujian akhir
semester, ujian nasional, atau menyusun skripsi, selebihnya tidak suka membaca.
Tapi dimedia social sangat aktif berkomentar. Sehingga tidak heran, seseorang berbicara
tapi tidak pernah membaca, kata-kata yang muncul isinya seringkali hanya
tentang cacian, makian, marah-marah, menjelek-jelekan orang lain,” ujar Maman.
Lulusan
jurusan Kriminologi Universitas Indonesia ini melanjutkan, bahkan budaya anak
muda sekarang pun telah berubah. Jika dulu sebelum makan diawali dengan
Bismillah, dan akhiri dengan Alhamdulillah. Kini berubah, sebelum makan diawali
dengan foto selfie dan diakhiri dengan foto selfie.
“Tempat
paling sepi selain kuburan dan kamar mayat adalah perpustakaan. Padahal dengan
membaca kita mengenal dunia, dan dengan menulis kita dikenal dunia serta karya
yang abadi. Untuk itu mari tingkatkan budaya intelektual dengan rajin membaca
dan menulis. If you change you word, you
can change you world,” tegasnya.
Karena itu, mengajak mahasiswa
Mentor
Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) ini di Provinsi Lampung untuk meningkatkan budaya intelektual dengan rajin membaca
dan menulis.
Hal
itu disampaikannya saat menjadi pembicara pada Stadium General yang digelar
Program Minat Bakat Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya berlangsung
di Gedung Sumpah Pemuda PKOR Way Halim Bandar Lampung, kemarin (09/12). Kegiatan
yang dibuka oleh Geburnur Lampung yang diwakili Kadis Komisfo Provinsi Lampung, Ahmad Crisna
Putra ini diikuti 700 peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan umum.
Kegiatan yang mengusung tema
peningkatan kearifan local melalui peran mahasiswa yang berbudaya intelektual
ini juga menghadirkan Sultan Kerajaan Adat Sekala Berak, SPDB Edward Syah
Pernong. Mantan Kapolda Lampung ini mengajak mahasiswa untuk belajar berbahasa
Lampung dan tidak malu menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari
untuk melestarikan kebudayaan daerah.
“Sang Bumi Ruwa Jurai memiliki makna
didalam satu bumi, Lampung terdapat dua masyarakat yakni pesisir dan pepadun. Dalam
tafsiran lain juga disebut peduduk asli dan pendatang yang mampu menyatu. Lampung
memiliki destinasi wisata alam yang luar biasa indahnya, tarian tradisional dan
kain Tapis yang memukau. Sehingga kearifan lokal ini harus dijaga dan
dilestarikan,” ungkapnya.(*)
Komentar
Posting Komentar